Kamis, 22 Januari 2015

jatuhnya pesawat AIRASIA QZ8501





dsgfdfdg"Pada menit-menit terakhir, pesawat terbang lebih cepat dari kecepatan normal, lalu mengalami stall," ungkap Jonan di Gedung KK2, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, seperti dimuat BBC, Selasa (20/1/2015).

Sebagaimana laporan air traffic control (ATC), pilot AirAsia QZ8501 sempat meminta naik ketinggian 6.000 kaki, atau dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki sebelum akhirnya hilang kontak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, saat itu ada awan cumulonimbus pada ketinggian 32.000 kaki yang bisa mengganggu penerbangan. Pilot diduga mencoba menghindari awan tersebut dengan meminta izin ke ATC untuk menambah ketinggian.

Terkait hal itu, Jonan mengatakan, "sangat jarang pesawat bisa naik ketinggian 6.000 kaki dalam waktu 1 menit, meski pesawat itu jet tempur sekalipun."

"Kecepatan rata-rata pesawat komersial sekitar 1.000 hingga 2.000 kaki per menit karena pesawat komersial tidak dibuat untuk naik begitu cepat," imbuh mantan Dirut PT KAI tersebut.

Namun demikian, kronologi secara detail serta penyebab kecelakaan burung besi maskapai swasta dari Malaysia tersebut baru akan diungkap oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) setelah investigasi terhadap black box atau kotak hitam pesawat rampung.
Pilot Sibuk
Sejauh ini, investigator KNKT telah mendengar isi rekaman cockpit voice recorder (CVR) atau suara di kokpit AirAsia QZ8501 yang berdurasi sekitar 2 jam. Dia mengungkapkan situasi di kokpit pesawat, di mana sang pilot sedang sibuk mengendalikan pesawat.

"Berdasarkan rekaman, saat situasi genting, pilot sedang sibuk sekali mengendalikan pesawat," ungkap salah satu investigator KNKT Andreas Hananto, seperti dimuat Reuters. Sehingga, kata dia, sang pilot kemungkinan tak sempat mengirimkan sinyal darurat.Ilustrasi Pesawat AirAsia (5)

0 komentar:

Posting Komentar